Nusantara Satu-Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel), menghadiri acara, Haul Ke-7, Al Mukarrom, KH. M. Zen Syukri. Acara ini berlangsung di Masjid Nurul Hidayah Jalan Letnan Jaimas, Pasar Cinde Palembang, yang dihadiri ribuan masyarakat, bahkan dari Manca Negara, seperti Negara Malaysia, Singapura dan Thailand, Minggu (24/3).
Dalam sambutannya, Gubernur Sumsel, Herman Deru, mengatakan, dirinya secara pribadi ada ikatan dengan Abah Zen Syukri.
“Saya ada sedikit cerita pada tahun 1996, saat mengadakan acara Marhabah anak ketiga. Tanpa kusadari, Abah ado ditengah. Cuma singkat doake anakku. Terus beliau permisi,”katanya
Sampai sekarang Abah, lanjutnya, dalam posisi tertinggi dihati kita. Beliau diterima disemua golongan.
“Abah sangat menjaga hubungan baik dengan semua golongan. Zuriat abah, kita kembangkan apa yang diajak abah.Di haul ke 7, secara fisik Abah tidak ada. Tapi ilmu beliau, ajaran abah kita tauladani. Kita patuh dengan ajaran-ajaran abah,” ungkapnya.
Ketua panitia, Putri Almarhum, Dr. Hj. Izzah Zen Syukri, S.Pd, M.Pd, mengatakan, ribuan masyarakat hadir kesini karena cinta.
“Langkah kita kesini karena cinta, ada cahaya yang mempersatukan kita disini.Kita syukur kehadirat Allah, karena nikmat cinta. Karena cinta bapak ibu berkenan hadir haul ini.Hari ini kita mandi sendiri, wudu sendiri. Suatu hari nanti, kita dimandikan dan diwudukan. Dengan haul ini, kita mengajak orang ingat mati. Setelah meninggal, kita semua akan mempertanggungjawabkan semua perbuatan. Haul ini mengingatkan kita pulang,”katanya.
Dia menuturkan, kalau pemimpin ingat mati, maka akan menadi pemimpin yang adil. Kalau jadi pedagang, tidak mengurangi timbangan.
“Jika ingat mati, kita akan mendapat banyak hidayah. Ke pergi majelis zikir, dan melakukan pengajian. Yang datang pada haul ini, dari Malaysia, Singapura dan , Thailand. Abah itu panutan, lebih banyam memberikan contoh. Abah itu mengajarkan ilmu, komplit ilmu hidup dan ilmu mati. Beliau mengajarkan dengan cinta, barokah itu tidak terlihat tapi terasa. Tidak perlu melihat, tapi merasa dengan hati. Sehingga tidak sombong,” ungkapnya.
Sementara itu, Tausiyah disampaikan Wakil Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia, Dr. KH. Mujub Qulyubby MH, mengatakan, Hari ini haul Ke-7, KH. M. Zen Syukri. Haul ini memberikan pendidikan yang mendalam.
“Di dunia, pendidikan paling tinggi dari orang hidup mengajari orang hidup, setebal apapun bukunya. Selain ada teori pendidikan itu, ada lagi pelajaran yang bisa diambil dari haul ini, orang mati mengajari orang hidup.Hari ini kita mendengar, cerita dari murid KH Zen Syukri. Khususnya beliau mengajarkan Ilmu Tauhid dan Tasawuf. Sangking tulusnya beliau, ada beberapa yang hadir dari Malaysia, Singapura datang kesini, mereka tidak kenal tapi membaca buku Abah Zen Syukri. Beliau mengajarkan ilmu tauhid dan tasawuf. Untuk bapak ibu yang belajar dari Abah, itu artinya bapak dan ilmu mendapat pelajaran yang benar sesuai dengan ajaran nabi Muhammad. Kalau belajar Ilmu dari facebook, itu tidak bisa menjadi tawasul. Karena nata rantai keilmuan itu harus jelas,” katanya.
Rektor Universitas Sriwijaya (Unsri) Anis Saggaf, menambahkan, Abah Zen Syukri adalah tokoh sufi cinta kepada Allah. Walaupun beliau sudah meninggal tapi tetap dicintai masyarakat.
“Abah mengajarkan mengejar Ridho Allah.Walaupun sudah meninggal, Abah masih dirindukan. Harapan kita, suri tauladan Abah diikuti masyarakat,” ungkapnya.
Dosen Fakulti Pengajian Islam, University Kebangsaan Malaysia, Dr. Ahmad Fakhruruzi bin Mohammed Zabidi, menambahkan, tahu dengan Abah Zen Syukri sejak 4 tahun lalu.
“Kami beli buku Abah Zen Syukri berjudul Cahaya Diatas Cahaya. Kami cari beliau disini, ternyata Abah sudah meninggal. Kami ketemu anak beliau, ketemu muridnya. Kami ajarkan isi buku itu di Malaysia. Penerimaanya bagus, karena mudah dipahami. Kami jatuh hati, setiap haul kami kemari. Abah itu, ulama Milenium. Yang Allah berikan kemapuan, ilmu hakikat.Ilmu hakikat ini sulit. Tapi dibuku abah mudah dipahami, barokah. Mudah dipahami, dan mudah dirasakan. Kami cemburu warga Palembang, bisa mengaji dan belajar ilmu dari beliau. Rugilah warga Palembang tidak mengikutinya.Karena kami tidak menemukan buku yang mudah dipahami,” ujarnya. (Yanti)