Nusantara Satu-Rektor Universitas Sriwijaya (Unsri) Palembang, Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff, MSCE, membuka Seminar Nasional Hari Air Dunia 2019, dengan tema Pengelolaan Sumber Daya Air Berkelanjutan. Kegiatan ini dilaksanakan di Pasca Sarjana, Unsri, Palembang, Kamis (21/3).
Dalam sambutannya, Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff, MSCE mengatakan, sama halnya dengan energi fosil yang di perebutkan di dunia. Karena umat manusia semakin banyak, tapi air semakin sedikit. Kebutuhan air, kedepan akan terus bertambah seiring bertambahnya jumlah penduduk. Oleh sebab itu, kedepan air akan menjadi sesuatu yang akan diperebutkan.
“Unsri banyak melakukan riset – riset yang berhubungan dengan air. Tujuannya adalah memberikan pemikiran dan solusi untuk keperluan umat manusia itu yg utama,”katanya.
Menurutnya, harus ada pemikiran untuk menjaga alam semesta, salah satunya di bidang air, karena air dengan bertambahnya jumlah penduduk termasuk di Indonesia. Walaupun banyak air sekarang masih banyak tapi sudah mulai banyak masalah.
“Air yang diberikan oleh Allah SWT sebagai karunia yang sebagian besar sudah bersih lewat tumbuhan. Didalam proses perjalanan air ini yang digunakan oleh manusia, terkadang penggunaannya tidak terkendali. Sekarang air itu tidak hanya untuk minum melainkan untuk usaha juga, pertanian dan industri yang terkadang pengelolaannya itu tidak memperhatikan faktor lingkungan agar rusak,”ungkapnya..
Dia menuturkan, guna dari seminar ini adalah mengumpulkan pemikiran – pemikiran dari perguruan tinggi, yang nantinya bisa berkontribusi dalam permasalahan air. Hampir dari semua perguruan tinggi dari 19 Provinsi di Indonesia memberikan kontribusi hasil riset. Hasil riset ini perlu di publikasikan. Anies mdnuturkan, tujuan dari dipublikasikan hasil riset tersebut, supaya masyarakat tahu bahwa misalnya membuang bahan yang berbahaya jangan disungai, karena bisa menyebabkan polusi dan akan mengancam kesehatan manusia bahkan bisa mematikan.
“Air ini sebentar lagi akan menjadi rebutan karena selain untuk minum makin banyak, lingkungan yang rusak sehingga sumber air bersihnya berkurang. Selain itu, pertanian yang digalakan untuk menggantikan energi saat ini yang dinamakan biofuel itu juga memerlukan air yang banyak. Jika tidak dimanagemen dengan baik nanti kita dapat energi biofuel namun orang kekurangan air. Sekarang sudah diminta pak Mentri dan pak presiden supaya perguruan tinggi itu membuahkan hasil – hasil yang bisa dinikmati masyarakat. Kedepannya mudah-mudahan dalam waktu yang tidak lama nanti ada produk – produk yang dikeluarkan dari hasil riset yang dikeluarkan oleh perguruan tinggi di Indonesia ini,” katanya.
Sementara itu, Dirjen Pengendalian daerah aliran sungai dan Hutan Lindung (PDASHL), Prof. Dr. Ida Bagus Putera Pratama, memaparkan, Petaka lain menjadi penyebab rusaknya sarana dan prasarana. Indonesia di karunia Tuhan faktor atau kondisi. Sehingga dapat mudah terjadi bencana-bencara hidrologis yang berkaitan dengan air, iklim dan cuaca. Hal penting yang perlu diutarakan, yakni terputusnya pengelolaan air di hulu dan hilir. Faktanya, memang melihat air yang terputus sektor hulu yang menghasilkan air di lingkungan hidup dan kehutanan dengan sektor hilir menggunakan air ESDM, PUPR, pertanian dan lainnya.
“Semestinya, menjadi satu karena mengelola air itu tidak hanya mengelola batang batang air seperti danau dan sungai tetapi daerah aliran sungai yang mengendapan air sama. Kita mengabaikan bentang alam dari segi pembangunan dan tata ruang. Praktek menerapkan kaidah-kaidah dalam pengendapan air. Cara pengelolaan air ini secara sinergis hubungan hulu hilir antara penghasil dan pengguna harus menjadi satu,” ujarnya. (Yanti)