Nusantara Satu-Akibat adanya kenaikan Surat Muatan Udara (SMU), menyebabkan pengiriman Cargo diperkirakan turun hingga 13 %, di banding pada tahun 2018 kemarin, Jumat (25/1).
Hal ini diungkapkan oleh, Sigit Budiarto, selaku Chif of Cargo Angkasa Pura 2, jika dihitung-hitung bisa mencapai 13 persen mencapai 10 ton. Barang kali ini, efek dari kenaikan tarif Surat Muatan Udara (SMU) hampir tiga kali lipat naik dari tarif normal di tahun 2018.
“Jadi pengiriman Cargo, harus ada SMU dan wewenangnya masing-masing Airline yakni Garuda, Sriwijaya, Citilink, Air Asia, mereka yang memberikan wewenang untuk tarif. Kita disini cuma mengambil sewa gudang atau jasa bongkar muat dan penyusunan barang sesuai yang mereka terima. Untuk tarif gudang, kita bernegosiasi dengan pihak Aspindo untuk mendapatkan persetujuan dari mereka sebagai pengguna jasa mengenai kenaikan tarif,” katanya
Dia menuturkan, disisi lain, Untuk SMU penurunan non trend per Januari 2019, bisa dilihat dan dibandingkan di tahun 2018 trend mencapai 8-10 persen. Karena barang kali, awal tahun belum menyusun progres yang ada tentang pekerjaan. Untuk tahun 2019 efeknya di SMU kenaikan tarif.
“Kemarin sempat ngobrol dengan pengguna jasa kebagian hampir 8-10 persen lewat darat pengiriman. Karena UMKM, sudah tidak sanggup untuk kenaikan tarif yang besar. Review, yang mereka dapat berkurang dan efeknya berpengaruh pada SDM, kemungkinan akan berpengaruh pada karyawan. Efeknya banyak jika SMU tarif naik,” ungkapnya.
Lebih lanjut dia mengatakans Saat mengobrol dengan pihak JNE, Tiki, mereka lihat akan ada pengurangan jika tidak ada penurunan tarif SMU. Ketika saya jawab tarif SMU, ada pada maskapai Armada pesawat terbang.
“Untuk mengantisipasi, masih belum ada, saat ini sedang menyusuri untuk mencari solusi kedepan. Menunggu, apakah pihak airline nantinya bisa menurunkan harga tiket atau tidak. Diharapkan permasalahan ini, agar bisa kembali normal supaya kita dapat meningkatkan pelayanan,” ujarnya. (Yulie Afriyani)